Selama pertemuannya dengan rombongan Nidaa Al-Aqsa (seruan Al-Aqsa), Al-Ya’qubi: Tidak ada alternatif selain pilihan Islam di semua arena konfrontasi dengan musuh
Bismihi Ta’ala
Selama pertemuannya dengan rombongan Nidaa Al-Aqsa (seruan Al-Aqsa), Al-Ya’qubi: Tidak ada alternatif selain pilihan Islam di semua arena konfrontasi dengan musuh
Yang Mulia Marja’ agama Syekh Muhammad al-Ya’qubi bertemu [1]dengan rombongan (Nidaa al-Aqsa) di kantornya di Najaf, yang termasuk sekelompok ulama mujahidin dari Palestina, Suriah dan Lebanon dari dua mazhab, yang memutuskan untuk membangunsebuah maukib di jalan para peziarah Imam Husain As untuk mendesak orang-orang mukmin agar terus mengingat Al-Quds dan untuk menjaga api jihad terus menyala hingga kembalinya tanah yang dirampas. Setelah para peserta mendefinisikan tujuan dari inisiatif ini dan menjelaskan penderitaan dan ketabahan rakyat Palestina, Yang Mulia Syekh Al-Ya’qubi memulai pidatonya dengan menyambut delegasi, dan mencatat bahwa Allah Yang Maha Esa telah memberkati delegasi tamu dengan tempat yang khusus yaitu berada di dekat Imam Amirul Mukminin AS, pemberantas makar orang-orang Yahudi dan intrik mereka dalam penaklukan abadi Islam, dan waktu khusus yaitu di mana kita hidup dalam kenangan kebangkitan al-Husein, simbol jihad dan perlawanan, penolakan penindasan, teladan kaum revolusioner dan penyeru pembebasan manusia.
Al-Aqsa, adalah kiblat pertama dari dua kiblat umat Islam dan yang ketiga dari Dua Masjid Suci, memiliki tempat khusus di hati umat Islam sejak awal Islam. Otoritas keagamaan di Najaf al-Asyraf telah memberikan perhatian besar pada perjuangan Palestina dan Al-Quds sejak usia dini. Almarhum Marja’ dan pembaharu, Syekh Muhammad Husein Al Kasyif al-Githa' sendiri menghadiri Konferensi Islam yang diadakan di Al-Quds pada tahun (1350 H: 1931 M) dengan dimulainya imigrasi orang-orang Yahudi ke tanah Palestina menyusul Deklarasi Balfour tahun 1917 M.
Yang Mulia Syekh Al-Ya’qubi mengacu pada interaksi otoritas keagamaan di Najaf[2] dan dukungannya terhadap aksi jihad melawan entitas Zionis pada tahun 1969, ketika aksi gerilya diluncurkan setelah pembakaran Masjid Al-Aqsa. Di mana otoritas agama tertinggi di Najaf pada saat itu menyetujui Gerakan Sayyid Muhsin Al-Hakim dan memberinya wewenang menghabiskan uang yang dibayarkan para pengikut kepada otoritas pada gerakan ini, dan otoritas keagamaan selalu menyerukan untuk mengambil pilihan Islam dalam konfrontasi dengan para musu. Karena musuh berperang berdasarkan doktrin yang mereka bawa dan berkorban untuk itu. Sehingga hal itu harus dilawan dengan iman dan keyakinan. Namun rezim yang berkuasa berdasarkan agenda yang mereka yakini menggerakkan mereka dengan mengangkat slogan nasionalisme Arab yang tidak bisa menjadi sebuah faktor yang cukup untuk sebuah pengorbanan karena tidak terkait dengan keyakinan Islam. Sehingga dengan demikian mereka mampu mengisolasi semua umat Muslim dari konflik dengan menipu mereka bahwa masalah Palestina tidak menyangkut Anda dan bahwa itu adalah murni masalah kaum Arab.
Beliau menunjukkan bahwa keadaan telah berubah pada tahun 1987 ketika para Mujahidin mengadopsi opsi Islam dan memulai Gerakan Perlawanan Islam, sehingga meningkatkan sebuah kekuatan di dalam tubuh mereka. Sebuah kekuatan dan disebutkan oleh Tuhan Yang Maha Esa dalam firman-Nya, “Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir,” (QS. Al-A’raf : 65) Allah SWT memberitahukan alasannya pada akhir ayat, “disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.”
Yang Mulia Syeikh juga merujuk pada perubahan keseimbangan kekuatan, dengan rahmat Allah, Yang Mahakuasa dan Maha Tinggi, yang menguntungkan para Mujahidin. Setelah sebelumnya mereka hanya mampu melempari musuh Zionis mereka dengan batu dan menerima peluru dengan dada telanjang. Pada akhirnya, dalam operasi Saif al-Quds, ribuan rudal dilemparkan di atas kepala musuh mereka hingga kota-kota entitas zionis lumpuh.
Di akhir pertemuan, delegasi tamu mengungkapkan kebahagiaannya yang luar biasa saat bertemu dengan Yang Mulia Syekh al-Ya’qubi, yang menghidupkan kembali harapan mereka bahwa otoritas Najaf telah dan masih merupakan sandaran untuk perjuangan Palestina dan merupakan pendukung utama perjuangan tersebut.
[1] Hari pertemuan Senin, 12 Shafar 1443 H atau 20 September 2021
[2] Syekh Al-Ya’qubi menegaskan beberapa posisinya dalam perjuangan Palestina, diantaranya:
a. Buku (Sebuah Pandangan terhadap Filosofis Sebuah Kejadian) yang merupakan kempulan surat-menyurat yang mulia Syekh dengan guru beliau (Syahid Shadr) di pertengahan tahun 80-an
b. Pernyataan peringatan Syeikh Ahmad Yasin
c. Pidato dalam rangka Hari al-Quds Internasional
Yang telah dikumpulkan dalam satu buklet yang disebut (Palestina dan Al-Quds dalam Nurani Najaf al- Asyraf).