Budaya Jahiliah Masa Kini
Budaya Jahiliah Masa Kini
Sesungguhnya umat manusia masa kini hidup dalam budaya jahiliah model baru – walaupun sebagian dinamakan sebagai Islam – berdasarkan pemahaman yang diberikan Al-Qur’an mengenai jahiliah, jadi kondisi masyarakat jahiliah tidaklah terbatas hanya pada zaman dahulu saja dan selesai masanya setelah terbitnya cahaya Islam (dengan diutusnya Rasulullah saww), akan tetapi hal ini merupakan kondisi masyarakat yang kapan-kapan bisa terjangkiti kembali oleh budaya jahiliah pada umat manusia, seperti halnya kondisi di mana umat manusia menjauh dari syariat Allah Swt,
}أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللّهِ حُكْماً لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ{
{Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?} (Al-Maidah: 50), bahkan Al-Qur’an menegaskan kepada kita untuk bisa melaksanakan syariat tersebut, seperti dalam firmannya { وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأُولَى} {dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu} (Al-Ahzab: 33), ayat tersebut seakan-akan mengisyaratkan adanya budaya jahiliah kedua yakni kondisi seperti sekarang ini , di mana umat manusia hidup dengan segala kemalangan, kesengsaraan dan kenaasannya.
Bahkan kenyataannya sudah terhimpun seluruh sifat dari budaya jahiliah masa lalu pada masyarakat jahiliah di masa sekarang ini, seperti halnya orang kuat memakan orang lemah, pembolehan hubungan sejenis yang telah diresmikan dalam sebuah aturan khusus dengan pemberlakuan nikah sesama pria, maraknya praktik perzinaan yang sampai pada wabah malapetaka dan kebuasan seperti halnya prilaku hewan, bahkan dari hal itu telah menyebabkan banyak penyakit menular seperti aids dan sejenisnya di segala penjuru alam, ada budaya jahiliah seperti sudah maraknya praktik kecurangan dalam timbangan jual beli dengan segala bentuknya, bukan hanya pada wilayah personal saja akan tetapi meluas sampai pada wilayah masyarakat dan negara, maka sudah tidak ada lagi keadilan antara hubungan kemasyarakatan ditengah-tengah umat, seperti apa yang masyhur dikenal di kalangan mereka sebagai alkil bilmikyalain (satu liter dengan dua liter), ada juga budaya jahiliah lainnya seperti orang-orang yang menjadikan pendeta, rahib, dan pemimpin lainnya yang mengantarkan kepada kesesatan dan godaan setan baik dari golong jin dan manusia yang membisikan sebagian mereka kepada sebagian lainnya yang di hiasi dengan perkataan yang indah sebagai tipuan serta dijadikan sebagai tempat sandaran hidup selain dari Allah Swt, mereka menghalalkan apa yang diharamkan, menyembah tuhan-tuhan buatan yang mereka sembah selain Allah Swt, tuhan-tuhan buatan yang bermacam-macam bukan hanya patung dari batu atau kayu tetapi tuhan-tuhan yang mereka buat sendiri di dalam benak mereka sendiri yang dipenuhi dengan bisikan setan dan pandangannya baik berasal dari setan berbentuk manusia maupun jin yang mempengaruhi benak dan pikirannya dari sebagian kepada sebagian lainnya dengan perkataan yang terlihat indah sebagai tipuan dan menghalangi dirinya dan orang lain dari jalan yang lurus
}لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ، ثُمَّ لآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ{
{pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus, * kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”} (Al-A’raf: 16-17).
} وَلاَ تَقْعُدُواْ بِكُلِّ صِرَاطٍ تُوعِدُونَ وَتَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللّهِ مَنْ آمَنَ بِهِ وَتَبْغُونَهَا عِوَجاً{
{Dan janganlah kamu duduk di setiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang-orang yang beriman dari jalan Allah dan ingin membelokkannya. Ingatlah ketika kamu dahulunya sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan} (Al-A’raf: 86).
Kebanyakan dari mereka yang menghalangi jalan Allah Swt adalah sebelumnya adalah mereka orang yang mengimani Allah dan rasul-Nya lalu memilih jalan yang menyimpang dari fitrah yang salim karena perbuatannya yang penuh dengan kefasikan yang bisa memalingkan dan menjerat mereka pada perangkap fitnah dan permusuhan, serta menyibukkan diri mereka dalam permainan ekonomi pada bursa saham misalnya, bahkan para seniman yang tidak melakukan apa pun dari buah karyanya kecuali hanya membuat kerusakan pada akhlak dan koridor budaya masyarakat serta contoh-contoh lainnya, yang tidak disebutkan seluruhnya di sini.
Semuanya itu bagian dari sifat-sifat dan tanda-tanda budaya jahiliah masa kini, dan di setiap waktu dan tempat, pemahaman mengenai budaya jahiliah adalah sesuatu yang bersumber dari Al-Qur’an yang mana kita perlu memahaminya dan menguasainya.
Sebagai tambahan dari penjelasan di atas, kita sebutkan di bawah ini perbandingan keyakinan dan praktik-praktik dari budaya jahiliah pertama yang dulu terjadi dan jahiliah dimasa kita hidup sekarang, dan perbandingan ini dibahas dengan tujuan :
1- Perluasan dalam pemahaman dan pengistilahan Al-Qur’an, serta pengambilan kesimpulan dan dalil dari makna-maknanya yang diinginkan Al-Qur’an itu sendiri, menjauhkan dari pemahaman keliru terhadap makna-makna di dalam Al-Qur’an yang muncul karena sikap lalai dan jauh dari Al-Qur’an, dan banyaknya intervensi akal tanpa merujuk pada Al-Qur’an.
2- Memperdalam makna dari kebutuhan kita pada Al-Qur’an, karena jikalau seseorang memahami dan menerima kenyataan bahwa umat manusia sekarang telah kembali pada budaya jahiliah yang pertama, maka dia akan sangat memerlukan untuk kembali pada Al-Qur’an demi mengaplikasikan peran Al-Qur’an dalam kehidupannya dari awal seperti halnya hidup dalam naungan Islam yang hakiki dan keluar dari budaya jahiliah.
3- Memuliakan dan mengemukakan pemikiran dan pandangan Imam Mahdi as, dan membangun argumentasi untuk mengukuhkannya, karena umat manusia ketika kembali kepada budaya jahiliahnya yang pertama, maka Al-Qur’an saja tidak cukup untuk mengambil peran dalam menyelamatkan mereka, akan tetapi harus ada yang menyertainya berupa pembawa risalah yang selalu bersama dengan Al-Qur’an dan penjelmaannya di dalam dunia nyata, seperti halnya diutus seorang Rasul di tengah-tengah umat. Dalam hal ini, Imam Mahdi dia adalah seorang Imam penerus dari Rasul saww, walaupun dia bukan seorang nabi yang menerima wahyu, karena terputusnya masa kenabian dengan nabi akhir Muhammad saww, dilain hal, tidak ada seorang pun yang bisa memiliki sifat-sifat kesempurnaan pada diri nabi di masa kini kecuali terkumpul sifat tersebut pada Imam Al-Hujjah bin al-Hasan Imam Mahdi as, dan perhatian kita untuk kembali kepada Al-Qur’an adalah yang mendasari zuhurnya dan yang menyebabkan kemunculannya lebih dekat pada masa yang dijanjikan[1].
[1] Oleh sebab itulah ada dalam sebuah riwayat yang mengatakan bahwa: Imam Mahdi as akan datang dengan Islam yang baru, dan maksud dari hal ini bukanlah diambil dari dalil mutabiqi nya (makna lafaznya secara zahir) , karena Imam as tidak zuhur keluar dari ajaran Islam yang benar dan Alquran kakeknya Rasulullah saww, akan tetapi maksud dari riwayat tersebut adalah bahwa dia akan menghilangkan segala debu-debu kebimbangan dan penyimpangan makna dari Alquran serta menghapuskan darinya kebingungan darinya yang selama masa yang lama terlah melanda umat manusia, serta Imam as akan mengembalikan kehidupan yang baru berdasarkan naungan Alquran yang benar.