Kehidupan Dalam Naungan Al-Qur’an

| |times read : 346
  • Post on Facebook
  • Share on WhatsApp
  • Share on Telegram
  • Twitter
  • Tumblr
  • Share on Pinterest
  • Share on Instagram
  • pdf
  • Print version
  • save

Kehidupan Dalam  Naungan Al-Qur’an

          Sungguh saya telah mencoba dan merasakan hidup di dalam naungan Al-Qur’an, dan berjalan dalam perlindungannya bertahun-tahun lamanya sejak saya masih muda, saya selalu mengkhatam Al-Qur’an dua puluh sampai dua puluh lima kali dalam setahun sampai bercampur darah dagingku, pikiran dan perkataanku serta hatiku dengan tilawah Al-Qur’an, selain itu pun saya membacanya sembari mengkaji dua tafsir yang terjaga masanya, dan saya pribadi mengakui pada kedua tafsir tersebut akan adanya keutamaan bagi kepribadian kedua penulis tafsir tersebut pada sisi keilmuan dan pemikiran, kedua tafsir tersebut adalah Al-Mizan dan Fi Dzilal Al-Quran, dan saya pun telah menyelesaikan dalam membaca dan mengkaji keduanya, saya rangkum inti-inti dari pandangan keduanya sampai saya merujuk pada keduanya berkali-kali dengan berkelanjutan, sampai terekam pada benak saya pemikiran, pandangan, ruh, hati  keduanya, itulah masa muda yang penuh dengan kebahagiaan di bawah naungan Al-Qur’an.

          Dan apakah yang saya telah temukan pada dekapan Al-Qur’an ini? Dan apa yang seseorang akan dapatkan ketika hidup dalam penjagaan Al-Qur’an? Maka dia akan menemukan kebesaran Allah Swt yang bertajalli dalam ayat-ayat-Nya, aturan-Nya, sunan-Nya dan kekuasaan-Nya atas segala sesuatu. Bumi dan seisinya ada dalam genggaman-Nya dan langit yang terlipat dalam tangan kekuasaan-Nya dan kemuliaan-Nya seluruhnya, kekuatan dan kerajaan seluruhnya adalah milik-Nya saja, dan Dia yang mewariskan bumi dan seisinya , kepada-Nyalah para hamba kembali. Dia lebih dekat kepada hamba-Nya dari  urat nadi bahkan dari jarak antara jiwanya dengan hatinya, tidak ada sesuatu pun yang memiliki manfaat dan mudarat kecuali atas seizin-Nya. Oleh sebab itu bagi seseorang yang selalu bersama Al-Qur’an akan melihat rendah seluruhnya selain daripada Allah Swt, karena Al-Qur’an adalah besar secara zahirnya ataupun batinnya, bahkan para wali-Nya dan pengikutnya menta’dzimkannya dan bernafas dengan kandungannya. Maka dari itu kekuasaan dan kekuatan Allah Swt yang menjadikan tongkat nabi Musa as menjadi ular besar dan menelan seluruh ular dari ahli sihir sebagai kepalsuan mereka, dan yang menghancurkan penduduk Iram (ibukota kaum ‘Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, dan yang menghancurkan Firaun pemilik pasak-pasak yang tinggi, dan yang menenggelamkan pemilik perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat, akan tetapi orang-orang yang selalu bersama Al-Qur’an, kekuatannya akan selalu terikat dengan kekuatan Allah Swt, maka dia tidak takut kecuali kepada-Nya

} مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاء كَمَثَلِ الْعَنكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ{

{Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, sekiranya mereka mengetahui} Al-Ankabut:41). Dan riwayat yang berbunyi :

((من خاف الله أخاف الله منه كل شيء)) ((Barang siapa yang takut kepada Allah Swt, Allah akan memberikan ketakutan segala sesuatu terhadapnya))[1].

           Oleh sebab itu Anda akan melihat bahwa kekuatan besar ini yang mana ayat menyebutkan :

} يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِن سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى{

{Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang olehnya (Musa) seakan-akan ia merayap cepat, karena sihir mereka} (Taha: 66).

Kekuatan itu mampu untuk mewujudkan apa yang diinginkannya, maka dengan kekuatan itu sesuatu akan meleleh, mencair dan melarut seperti melarutnya garam di dalam air, maka tidak ada lagi perang, tidak ada lagi segala permusuhan yang tampak, akan tetapi Allah Swt akan mengabarkan kepada anda mengenai orang-orang yang melawan kehendak-Nya:

}فَأَتَى اللّهُ بُنْيَانَهُم مِّنَ الْقَوَاعِدِ فَخَرَّ عَلَيْهِمُ السَّقْفُ مِن فَوْقِهِمْ وَأَتَاهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَشْعُرُونَ، ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُخْزِيهِمْ وَيَقُولُ أَيْنَ شُرَكَآئِيَ الَّذِينَ كُنتُمْ تُشَاقُّونَ فِيهِمْ قَالَ الَّذِينَ أُوتُواْ الْعِلْمَ إِنَّ الْخِزْيَ الْيَوْمَ وَالْسُّوءَ عَلَى الْكَافِرِينَ{

{maka Allah menghancurkan rumah-rumah mereka mulai dari fondasinya, lalu atap (rumah itu) jatuh menimpa mereka dari atas, dan siksa itu datang kepada mereka dari arah yang tidak mereka sadari} (An-Nahl:26-27).

          Anda akan melihat di dalam Al-Qur’an mengenai janji Allah Swt dan ketenteraman-Nya untuk orang-orang mukmin dan menegaskan mengenai akibat terbaik untuk mereka semua, akan hal itu terjadi setelah :

 }مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ{

{Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat} (Al-Baqarah: 214).

Begitu juga harus bagi orang mukmin untuk melewati segala ujian dan cobaan, sehingga Allah Swt memilih dan membersihkan mereka orang-orang mukmin :

}ألم، أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ، وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ{

{Alif Lam Mim.* Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? * Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta} (Al-‘Ankabut: 1-3).

Dari sanalah, kita dapat melihat bahwa kehidupan seorang mukmin, selain dari penuh dengan beban kewajiban yang harus dikerjakannya begitu juga dia menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan, karena hal itu merupakan sunatullah untuk hamba-hamba-Nya, maka dari itu wajib bagi seorang mukmin untuk menguatkan pendirian dan keyakinannya,  sehingga Allah Swt mengganjarnya dengan memasukkannya pada golongan orang-orang yang benar, serta meringankan cobaan yang menimpanya, dan semua itu di bawah pengawasan Allah Swt: {فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا} {karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami} (At-Tur: 48).

}ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ لاَ يُصِيبُهُمْ ظَمَأٌ وَلاَ نَصَبٌ وَلاَ مَخْمَصَةٌ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَلاَ يَطَؤُونَ مَوْطِئًا يَغِيظُ الْكُفَّارَ وَلاَ يَنَالُونَ مِنْ عَدُوٍّ نَّيْلاً إِلاَّ كُتِبَ لَهُم بِهِ عَمَلٌ صَالِحٌ إِنَّ اللّهَ لاَ يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ{

{Yang demikian itu karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan di jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh, kecuali (semua) itu akan dituliskan bagi mereka sebagai suatu amal kebajikan. Sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik} (At-Taubah: 120).

          Dan akan terlihat pula di dalam Al-Qur’an orang-orang yang memiliki ketinggian iman, yang mana mereka menyibukkan hatinya dengan makrifat yang luhur yang membawanya pada budaya umat manusia yang sudah tersesatkan (untuk memberi hidayah mereka),  yang menjulurkan lidah-lidah mereka demi fatamorgana, yang hidup mereka hanya untuk keinginan dan tujuan yang palsu, dan harapan jiwa mereka berada pada ketenangan yang keliru dan salah yang dibungkus dengan keindahan karena telah dibungkus oleh para pengikut Setan di hadapan pandangannya melalui harta , kedudukan, hawa nafsu, sehingga mereka berlomba-lomba untuk mendapatkannya, bahkan saling bunuh membunuh untuk merebutkannya, sehingga tidak tertinggal sedikit pun untuk mereka kecuali bencana dan kehancuran. Mereka sendiri membuat tuhan-tuhan buatan untuk mereka sembah dan taati, serta mempersembahkan kesetiaan  mereka pada tuhan-tuhan tersebut. Lalu mereka sendiri yang membuat upacara peribadatan, pesta, dan upacara- upacara keyakinan lainnya dengan memberikan kurban penyembelihan untuk sesembahan mereka, bukan hanya dari hewan tetapi dari manusia itu sendiri, dan membuang-buang miliaran harta untuk di persembahkan kepada mereka.

          Dan akan terlihat juga pada Al-Qur’an sebuah penjelasan bahwa orang mukmin tadi tidaklah sendiri (dalam menjalankan tugasnya) sehingga harus merasakan rasa lemah, rendah, menunduk, menyerah dalam perjuangannya, dan apa – apa yang dilakukannya (dalam mencapai ketinggian iman) tadi dalam skala kehidupan, perjuangan bukanlah yang pertama dalam sejarah dan juga pengalamannya bukanlah hanya satu satunya :

}قُلْ مَا كُنتُ بِدْعاً مِّنْ الرُّسُلِ وَمَا أَدْرِي مَا يُفْعَلُ بِي وَلا بِكُمْ إِنْ أَتَّبِعُ إِلا مَا يُوحَى إِلَيَّ وَمَا أَنَا إِلا نَذِيرٌ مُّبِينٌ{

{Katakanlah (Muhammad), “Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak tahu apa yang akan diperbuat terhadapku dan terhadapmu. Aku hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku hanyalah pemberi peringatan yang menjelaskan.”} (Al-Ahqaf: 9).

Oleh sebab itulah jalan yang ditempuh orang-orang mukmin (dalam membangun dirinya dan memberi hidayah orang lain) bukanlah hal yang baru, akan tetapi sudah dijalankan sebelumnya dari para nabi besar, para wali yang mulia yang membawa risalah dan orang-orang melaksanakan amalan kebaikan serta hamba-hamba-Nya yang saleh, mereka telah berjuang keras dari segala tantangan dan terpaan, dan bersabar dengan kesabaran yang penuh, serta menghadapi tantangan dari masyarakat yang lebih besar dari apa yang dia hadapi, maka apa yang digambarkan baginya sama seperti yang digambarkan sebelumnya, Allah Swt berfirman :

}فَمِنْهُم مُّهْتَدٍ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ{

{di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka yang fasik.} (Al-Hadid: 26), begitu juga firman-Nya:

}يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ عَلَيْكُمْ أَنفُسَكُمْ لاَ يَضُرُّكُم مَّن ضَلَّ إذا اهْتَدَيْتُمْ{

{Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu; (karena) orang yang sesat itu tidak akan membahayakanmu apabila kamu telah mendapat petunjuk} (Al-Maidah: 105).

          Dan akan terlihat juga di dalam Al-Qur’an bahwa Allah swt memuliakan makhluknya yakni ketika seorang mukmin mengajak masyarakat untuk kembali pada jalan yang benar dengan hujah dari firman-Nya secara langsung, karena Allah Yang Maha Agung dan Maha Pencipta langit dan bumi yang memiliki nama-nama yang mulia (asmaulhusna), yang mengutus kepada masyarakat sebuah risalah dan mengikat mereka dengan perjanjian. Dan adakah kemuliaan yang diberikan Allah Swt kepadanya lebih agung dari selainnya dan adakah yang lebih utama darinya?,

}وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْٓ اٰدَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا{

{Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna} (Al-Isra: 70).

Dan bagaimana pendapat kalian wahai umat manusia, ketika perasaan manusia dan panca inderanya mendengar seseorang membaca risalah Dzat yang dicintainya, bahkan dari Al-Habib Yang Maha Mutlak melalui Al-Qur’an:

)) إن القرآن عهد الله إلى خلقه فينبغي لكل مؤمن أن ينظر فيه((

((Sesungguhnya Al-Qur’an adalah janji dan aturan Allah untuk makhluknya, maka harus untuk setiap mukmin memperhatikannya))[2].

          Dan akan terlihat di dalam Al-Qur’an bahwa segala sesuatu yang ada di alam wujud ini diukur dalam hitungan yang sangat teliti, Allah Swt berfirman : { إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ} {Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran} (Al-Qamar: 49),

} وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلاَّ بِقَدَرٍ مَّعْلُومٍ{

{Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu} (Al-Hijr: 21),

} وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ{

{Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat} (Al-Anbiya: 47), dan setiap makhluk secara personal atau secara kumpulan berada dalam wilayah sunatullah yang tetap { سُنَنَ الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ} {dan menunjukkan jalan-jalan (kehidupan) orang yang sebelum kamu (para nabi dan orang-orang saleh)} (An-Nisa:26),

} وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ وَلاَ طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلاَّ أُمَمٌ أَمْثَالُكُم مَّا فَرَّطْنَا فِي الكِتَابِ مِن شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ{

{Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan} (Al-An’am: 38).

Tidak ada seorang pun yang bisa keluar dari aturan atau sunan Ilahi yang agung tersebut

} فَلَن تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَبْدِيلاً وَلَن تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَحْوِيلاً{

{Maka kamu tidak akan mendapatkan perubahan bagi Allah, dan tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi ketentuan Allah itu} (Fatir: 43).

Maka bagaimana pula seorang manusia bisa menjauhi Allah Swt sedangkan dia tidak bisa keluar dari genggaman sunan dan aturan-Nya, maka tidak ada lagi peluang untuk bermain-main dan bersenda gurau, dan bersenang-senang dengan menyia-nyiakan waktu { رَبَّنَآ مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ} {“Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka} (Ali Imran: 191),

}وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ{

{ Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku} (Adz-Dzariat: 56).

} لَوْ أَرَدْنَا أَن نَّتَّخِذَ لَهْواً لاتَّخَذْنَاهُ مِن لَّدُنَّا إِن كُنَّا فَاعِلِينَ{

{Seandainya Kami hendak membuat suatu permainan (istri dan anak), tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami, jika Kami benar-benar menghendaki berbuat demikian} (Al-Anbiya: 17).

Dan tidak ada lagi premis kebetulan pada alam wujud ini yang mana hal itu merupakan corong keyakinan orang-orang mulhid (ateis), karena premis yang mereka bangun membuat bahan tertawaan bagi orang-orang yang berakal dan menjadi bahan cemoohan dari sejak lama, keyakinan itulah yang menyesatkan mereka, maka mereka dan pengikutnya tersungkur ke dalam kesesatan. Maka dari itulah dibalik penciptaan manusia ada tujuan yang begitu besar (bukan kebetulan) maka secara lazim manusia dihidupkan untuk tujuan itu, dan diberikan dasar berupa bekal padanya segala potensi kekuatan untuk mewujudkan tujuan tersebut yakni keridaan Allah Swt.

          Akan ditemukan juga di dalam Al-Qur’an janji Tuhan berupa pertolongan dan kekuatan gaib dalam segala kondisi dan situasi  baik pada kondisi yang sangat penat sekalipun seperti peperangan dan pertempuran dengan hawa nafsu amarah dari  keburukan atau gangguan setan, dan sesungguhnya Allah Swt selalu bersama orang yang berjuang tadi, sebagai penolongnya selama dia bersama-Nya, Allah Swt berfirman :

} إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ، نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ، نُزُلا مِّنْ غَفُورٍ رَّحِيمٍ، وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحاً وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ{

{Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh apa yang kamu minta. Sebagai penghormatan (bagimu) dari (Allah) Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?”} (Fussilat: 30-33).

Dan banyak sekali ayat-ayat lainnya yang mengabarkan mengenai tersemainya ketenangan dan ketenteraman pada hati orang-orang mukmin dan pertolongan kepada mereka khususnya melalui malaikat yang memakai tanda dan selainnya.

          Dan akan ditemukan pula di dalam kandungan Al-Qur’an suatu ketenangan dan ketenteraman

} أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ{

{ Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.} (Ar-Ra’d: 28), dan kedamaian di dalam kehidupan, syafaat didalam dada, petunjuk, yang penuh berkah dan segala kebaikan yang Al-Qur’an sendiri menyifatinya untuk dirinya sendiri.

          Jikalau seseorang yang bersama dengan Al-Qur’an menemukan segala sifat-sifat tadi maka menguatlah kemuliaannya, dan teguhlah hatinya, jiwanya menjadi saleh, bertambah perhatian padanya, terungkap di depannya hikmah yang terpendam, maka orang tersebut akan menjadi sumber rujukan sehingga dia bisa  memberi kepada orang lain, dia sebagai mata air kebaikan baik untuk dirinya sendiri dan ataupun untuk masyarakat, seperti halnya yang terjadi pada orang-orang yang berbuat baik (mushlihin) dan orang saleh yang memilik keagungan sifat seperti yang menjadi junjungannya adalah Rasulullah saww  dan Amirulmukminin as.



[1] Man La Yahdhuruhu al-Faqīh: 4/410.

[2] Al-Kāfi: 2/609, bab mengenai qiraatnya (Qiraat al-Quran), jilid ke-1.