Alasan Untuk Peduli Terhadap Al-Qur’an

| |times read : 483
  • Post on Facebook
  • Share on WhatsApp
  • Share on Telegram
  • Twitter
  • Tumblr
  • Share on Pinterest
  • Share on Instagram
  • pdf
  • Print version
  • save

Alasan Untuk Peduli Terhadap Al-Qur’an

          Dengan penjelasan sebelumnya, kita bisa melihat bahwa kebanyakan hal yang mendorong untuk lebih peduli terhadap Al-Qur’an adalah beberapa hal yang akan saya sebutkan di bawah secara ringkas ditambah dengan poin-poin baru yang belum diulas dan belum Anda dengar yang bersumber dari Ayat Al-Qur’an dan hadis syarifah, Insyaallah:

1-    Sesungguhnya Al-Qur’an adalah obat penawar yang berhasil dan sempurna untuk mengatasi penyakit-penyakit yang diderita jiwa manusia dan juga penyakit kemasyarakatan, serta permasalahan jiwanya , bahkan berguna pula untuk mengatasi penyakit jismiyyah (anggota badan), seperti yang akan dijelaskan oleh sebagian riwayat kemudian.

2-    Tidak mencukupinya kebutuhan akan kesempurnaan dan kebahagiaan yang abadi – dan ini adalah tujuan yang paling tinggi, dan juga maksud akhir dari segala maksud – di dunia ini, dilain hal kita memiliki  kebutuhan terhadap kebahagiaan dan kesempurnaan di akhirat dan kebutuhan untuk mendapatkan hidayah darinya, serta melangkah pada jalannya, dari sinilah manusia akan bertambah tinggi kedudukannya dan kesempurnaannya karena berpegang teguh pada Al-Qur’an.

3-    Dari  sebab kepedulian terhadap Al-Qur’an adalah peletakan dasar dan pencetusan langsung dari Rasulullah saww dan Ahlulbaitnya, di mana Allah Swt memerintahkan kita untuk mengikuti mereka as, seperti dalam firman-Nya:

}لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً {

{Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.} (Al-Ahzab:21).

4-    Sesungguhnya Al-Qur’an adalah risalah Sang Habib Mutlak Allah Swt, dan manusia tidak pernah jemu untuk mengulangi tilawah dan bacaan risalah Habibnya, serta memenuhi pikiran dengan memikirkan dan mentadaburi makna-maknanya, dan Allah Swt adalah Mahbub yang hakiki yang terkumpul seluruh sebab mahabbah (kecintaan) pada-Nya, Sesungguhnya al-Hub (Cinta) kadang dikarenakan kesempurnaan Mahbub (yang dicintai) dan kebaikannya, dan sudah terkumpul sifat-sifat kesempurnaan dan Asmaulhusna pada Dzat Allah Swt, atau kadang untuk mendapatkan keutamaan dan kebaikan dari-Nya, maka Allah Swt yang Maha Pemberi Kenikmatan, dan Maha Pemberi Keutamaan, Maha Dermawan dari sejak awal tanpa melihat karena hak-hak makhluknya yang beramal kebaikan, bahkan Dia Maha Pemberi walaupun kepada orang ahli maksiat dari hamba-hamba-Nya,

} وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَةَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا{

{dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya} (An- Nahl: 18). makna yang ada dalam ayat tersebut di atas disebutkan pula di dalam riwayat dari Imam Shodiq as , di mana Imam as berkata :

)(القرآن عهد الله إلى خلقه فقد ينبغي للمرء المسلم أن ينظر في عهده وان يقرأ منه كل يوم خمسين آية)(

((Al-Qur’an adalah risalah perjanjian Allah kepada makhluknya, maka wajib bagi setiap muslim untuk memperhatikan risalah-Nya, walaupun dengan cara membaca darinya setiap hari lima puluh ayat))[1].

5-    Pahala yang besar dan berlimpah yang tak ada batasnya diperuntukkan untuk pembaca Al-Qur’an dan orang-orang yang mengkaji dan mentadaburi ayat-ayatnya, yang secara rincinya kita akan bacakan riwayat mengenai hal tersebut kemudian, insyaallah.

6-     Sesungguhnya Al-Qur’an adalah kitab kehidupan yang hidup abadi untuk setiap zaman dan tempat, dan peran Al-Qur’an yang bisa memberikan solusi terhadap segala permasalahan yang dihadapinya tidak terbatas oleh waktu dan tempat, maka bisa diambil dari Al-Qur’an solusi abadi yang berkesinambungan terus- menerus bahkan untuk permasalahan terbaru sekalipun, dan akan kita bahas banyak hal mengenai hal tersebut dalam sebuah pembahasan khusus seperti halnya sebuah pandangan mengenai perbandingan antara kedua masa Jahiliah, yakni jahiliah pertama dan yang terbaru, dan yang berkaitan dengan hal tersebut secara umum terdapat dalam riwayat dari Al-Harits al-A’wār, di mana dia berkata :

))دخلت المسجد فإذا أناس يخوضون في أحاديث فدخلت على علي فقلت: ألا ترى أن أناساً يخوضون في الأحاديث في المسجد؟ فقال: قد فعلوها؟ قلت: نعم، قال: أما إني قد سمعت رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم يقول: ستكون فتن، قلت: وما المخرج منها؟ قال: كتاب الله، كتاب الله فيه نبأ ما قبلكم وخبر ما بعدكم، وحكم ما بينكم. هو الفصل ليس بالهزل، هو الذي من تركه من جبار قصمه الله، ومن ابتغى الهدى في غيره أضله الله، فهو حبل الله المتين، وهو الذكر الحكيم، وهو الصراط المستقيم..((.

((Aku memasuki sebuah masjid, dan orang-orang sedang menyibukkan diri dengan hadis-hadis, kemudian aku menemui Ali as, aku berkata kepadanya: Apakah Anda melihat bahwa orang-orang sedang menyibukkan dengan hadis-hadis di dalam masjid? , Imam Ali as berkata: Apakah mereka telah melakukannya? Aku menjawab: betul, Imam As berkata: Aku pernah mendengar dari Rasulullah saww bersabda : akan muncul fitnah besar, aku berkata: dan apa solusi dari hal tersebut? Imam as berkata: Kitabullah, di dalamnya kabar yang menceritakan masa lalu sebelum kamu dan mengabarkan masa setelahmu, dan dia adalah hukum, solusi yang ada di hadapanmu, Al-Qur’an adalah penjelas tidak bergurau, dan dia adalah apa yang dititipkan dari Maha Jabbar Allah Swt, dan barang siapa yang menginginkan petunjuk dari selainnya, maka Allah Swt akan menyesatkannya, karena Al-Qur’an adalah tali Allah Swt yang kuat, dan pengingat yang bijak, dan dia pun adalah jalan yang lurus...))[2].

7-    Al-Qur’an mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan dan makrifat serta rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya, seperti halnya Abdullah bin Abbas yang menganggap Amirulmukminin as sebagai Hibrulummah (tinta pena umat) dan penerjemah Al-Qur’an, dengan ungkapannya: Ilmuku dan ilmu seluruh sahabat Rasulullah saww dibandingkan dengan ilmu Ali as seperti setetes air di tengah - tengah lautan, dikatakan kepada nya as dalam sebuah riwayat:

))قيل له: هل عندكم شيء من الوحي؟ قال: لا والذي فلق الحبة وبرأ النسمة إلا أن يعطي الله عبداً فهماً في كتابه((

 ((Apakah disisimu ada sesuatu dari wahyu (yang tak ada di dalam Al-Qur’an)? Imam as menjawab: tidak, demi yang membelah biji dan menciptakan seluruh makhluk hidup kecuali Allah Swt memberikan kepada seorang hamba suatu pemahaman lengkap yang termaktub di dalam kitab-Nya))[3].

Di dalam kitab Al-Qur’an terdapat pelajaran dan ilmu akidah (keyakinan) yang benar , akhlak yang utama, poin-poin ilmu balāghoh dan penjelasan yang sangat indah, yang menjawab segala kebutuhan, di dalamnya juga terdapat rahasia – rahasia penciptaan, dan diceritakan akan adanya makhluk-makhluk yang mengagumkan penuh dengan keajaiban baik itu yang ada di dalam anggota tubuh manusia ataupun yang ada dan di alam kauniah (keberadaan) alam semesta ini, di dalamnya juga terdapat hal- hal yang belum dicapai oleh akal penyingkap, tetapi bukan berarti Al-Qur’an adalah sebuah kitab ilmu pengetahuan fisika, kimia,  astronomi atau kedokteran, sehingga Al-Qur’an bisa mengoreksi kesalahan dan kekurangan ilmu-ilmu tersebut, tetapi Al-Qur’an adalah kitab hidayah dan pemberi solusi, yang memerintahkan dan membimbing bidang-bidang lainnya pada tujuannya masing-masing, dan seluruh ilmu pengetahuan ini terkumpul dalam satu tujuan tersebut, serta mengambil dari ilmu pengetahuan tersebut sebagian saja untuk mencapai tujuan aslinya (memberikan hidayah).

8-    Al-Qur’an berlepas dari tanggung jawabnya bagi orang yang meninggalkannya (yakni memberi syafaat), seperti yang disebutkan di dalam hadis yang telah disebutkan sebelumnya: ((tiga hal yang mengadu...)), dimana Al-Qur’an mengadu dan Allah Swt tidak akan menolak pengaduannya, seperti halnya di dalam riwayat yang menyebutkan sifat Al-Qur’an sebagai “saksi yang membenarkan” yakni Al-Qur’an menjadi saksi dan menuntut (mereka yang meninggalkan Al-Qur’an) lalu diberikan baginya hak serta dibela tuntutannya tersebut, begitu pun Rasulullah saww melakukan pengaduan yang termaktub di dalam Al-Qur’an :

} وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُوراً{

 {Dan Rasul (Muhammad) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur'an ini diabaikan.”}. (Al-Furqan:30).

9-    Kemenangan bagi orang yang mendapatkan syafaat dari Al-Qur’an, karena telah disebutkan oleh hadis bahwa Al-Qur’an adalah “pemberi syafaat yang pasti diterima syafaatnya”, dan bagian dari sifatnya yakni pemberi syafaat adalah yang disebutkan hadis:

)) وكان القرآن حجيزاً عنه - أي حاجزاً وساتراً عن قارئ القرآن - يوم القيامة، يقول: يا رب إن كل عامل أصاب أجر عمله غير عاملي فبلّغ به أكرم عطائك، قال: فيكسوه الله العزيز الجبار حلتين من حلل الجنة ويوضع على رأسه تاج الكرامة ثم يقال له: هل أرضيناك فيه؟ فيقول القرآن: يا رب قد كنت أرغب له فيما هو أفضل من هذين قال: فيُعطى الأمن بيمينه والخلد بيساره ثم يدخل الجنة فيقال له: اقرأ آية فاصعد درجة ثم يقال له هل بلغنا به وأرضيناك؟ فيقول: نعم)(

((Dan Al-Qur’an adalah pencegah seseorang – yakni pencegah dan penghalang para pembaca Al-Qur’an dari neraka – di hari kiamat, Al-Qur’an berkata: Ya Rabb sesungguhnya segala amalan telah sampai kepada ganjarannya, kecuali amalan karenaku, maka berikanlah kepadanya (pembaca Al-Qur’an) sebuah pemberian yang paling mulia dari-Mu, Imam as berkata: Kemudian Allah Yang Maha Mulia dan Yang Maha Kuasa menyelimuti para pembaca Al-Qur’an dengan intan permata dari pakaian surga, dan meletakkan di atas kepalanya mahkota kemuliaan, kemudian dikatakan kepada Al-Qur’an: Apakah Aku telah membuatmu rela dengan pemberian ini? Al-Qur’an berkata: Ya Rabb, sebelumnya aku menginginkan baginya lebih bagus dari dua hal ini yang telah Engkau janjikan kepadanya, Imam as berkata : kemudian diberikan keamanan yang sempurna dengan tangan kanan-Nya dan keabadian dengan tangan kiri-Nya (makna kias pada kekuasaan dalam perlindungan-Nya), lalu dia memasuki surga, kemudian dikatakan kepada pembaca Al-Qur’an: bacalah satu ayat maka akan bertambah derajatmu, kemudian dikatakan pula kepada Al-Qur’an, apakah Aku telah memberikannya dengan hal itu, dan apakah Aku telah membuatmu rela dengan pemberian Aku ini? Al-Qur’an berkata : Sudah Ya Rabb))[4].

 

          Selain dari banyak faedah yang telah disebutkan di atas, masih banyak faedah-faedah lainnya, dan kalian pun melihat bahwa sebagian dari faedah membaca Al-Qur’an bukan hanya untuk orang-orang muslim, oleh sebab itulah kalian bisa menemukan banyak dari para pemikir, ulama, dan para pemimpin mengambil faedah dari Al-Qur’an walaupun mereka itu bukan muslim.

          Sampai di sini sebab pendorong yang telah saya sebutkan di atas cukup untuk membangkitkan seseorang dan menggerakkannya serta mendorongnya menuju dekapan dan lindungan Al-Qur’an dengan lebih memedulikan dan memperhatikan,  dan selalu bersama Al-Qur’an sampai bercampur darah dagingnya dengan Al-Qur’an, dan saya pribadi melazimkan[5] kepada setiap orang yang melihat ucapan saya ini benar, bahwa baginya baik berdasarkan tuntunan akhlak ataupun syariat untuk mengkhatam Al-Qur’an minimal dua kali dalam setahun, hal itu adalah ukuran yang paling mudah sekali, jikalau kita melihat di bulan Ramadhan sendiri bisa kiranya Al-Qur’an dibaca setengah atau lebih dari ukuran yang telah disebutkan tadi.

          Dan yang lebih penting dari apa yang  disebutkan di atas dari dorongan untuk membaca Al-Qur’an adalah apa yang disebutkan di dalam hadis syarifah yang telah saya pilih untuk Anda semua sebelumnya, di antaranya hadis yang diambil dari arb’un hadisan (40 hadis) yang sudah menjadi sunah para salafussalih yang telah banyak menuliskan dan mengumpulkan 40 hadis tersebut di setiap bidang ilmu dan makrifat, dan semoga saya pun termasuk bagian dari mereka dan bagian dari ahli dalam menyusun 40 hadis syarif, Rasulullah saww bersabda:

)(من حفظ عني من أمتي أربعين حديثاً في أمر دينه يريد به وجه الله عز وجل والدار الآخرة بعثه الله يوم القيامة فقيها عالماً)(

((Barang siapa yang menghafal dari (sabda) ku dari umatku sebanyak empat puluh hadis dalam urusan agama dengan tujuan untuk Allah Swt dan kebahagiaan di akhirat, maka Allah Swt akan membangkitkannya di hari kiamat sebagai seorang yang faqih dan orang alim))[6].



[1] Al-Kāfi: 2/609.

[2] Sunan Ad-Darāmi: 2/435, Kitab Fadhāil al-Quran, dan yang semisalnya di dalam kitab khusus.

[3] Disebutkan didalam Al-Mīzān dari sebagian sumber hadis  jilid ke-3, dalam tafsir ayat ke- 7-9 dari surat Ali ‘Imran.

[4] Al-Kāfi: 2/604.

[5][5] Kelaziman ini membentuk sebuah dorongan yang kuat kepada banyak orang untuk melaksanakannya, semoga Allah membalas mereka dengan ganjaran yang terbaik.

[6] Al-Khishāl: 2/542, bab (Al-Arba’ūn).