Kebutuhan Kita Terhadap Penerapan Al-Qur’an Dalam Kehidupan Kita

| |times read : 552
  • Post on Facebook
  • Share on WhatsApp
  • Share on Telegram
  • Twitter
  • Tumblr
  • Share on Pinterest
  • Share on Instagram
  • pdf
  • Print version
  • save

Kebutuhan Kita Terhadap Penerapan Al-Qur’an Dalam Kehidupan Kita

          Kita sangat memerlukan penerapan Al-Qur’an di dalam kehidupan sehari-hari umat Islam dan penghapusan keterasingan Al-Qur’an yang mana seakan – akan Al-Qur’an keberadaannya berfungsi hanya di wilayah upacara-upacara peringatan saja seperti kelahiran, kematian, doa bersama dan hirz perlindungan saja.

          Disebutkan di dalam riwayat : ((إن آخر هذه الأمة لا ينصلح إلا بما صلح به أولها))  ((Sesungguhnya akhir dari umat ini tidak akan menjadi lebih baik kecuali dengan yang sudah di capai kebaikannya dari umat  yang awal)), dan umat yang terdahulu mencapai kebaikan karena bimbingan Al-Qur’an, maka dari itu jikalau umat menginginkan kembali pada kekuatan dan kebaikannya, begitu pula mereka menginginkan kembali kepada kemajuan dan jayaannya, maka wajib bagi umat tersebut untuk berpegang pada Al-Qur’an, diriwayatkan dari Miqdād ra dari Rasulullah saww, bahwa Rasul saww telah bersabda:

))فإذا التبست عليكم الفتن كقطع الليل المظلم فعليكم بالقرآن فإنه شافع مشفع وماحل مصدق ومن جعله أمامه قاده إلى الجنة ومن جعله خلفه ساقه إلى النار وهو الدليل يدل على خير سبيل((

((Jikalau tertimpa atas kalian fitnah yang tak jelas seperti terputusnya jalan karena malam yang sangat gelap, maka berpeganglah kalian pada Al-Qur’an, karena ia adalah pemberi syafaat yang syafaatnya akan dikabulkan dan ia adalah bukti yang membenarkan, dan barang siapa yang menjadikannya di depannya sebagai imam dan pemimpin, maka Al-Qur’an membawanya ke surga, dan barang siapa yang menjadikannya di belakangnya dan meninggalkannya maka ia membawanya ke neraka, karena itulah Al-Qur’an adalah dalil yang menunjukkannya kepada jalan yang terbaik))[1].  Dan dalam riwayat lain dari Amirulmukminin as berkata di sebagian pidatonya :

)(واعلموا أن هذا القرآن هو الناصح الذي لا يغش والهادي الذي لا يضل، والمحدث الذي لا يكذب، وما جالس هذا القرآن أحد إلا قام عنه بزيادة أو نقصان: زيادة في هدى ونقصان من عمى، واعلموا أنه ليس على أحد بعد القرآن من فاقة ولا لأحد قبل القرآن من غنى فاستشفعوه من أدوائكم واستعينوا به على لأواءكم فإن فيه شفاءً من أكبر الداء وهو الكفر والنفاق والغي والضلال فاسألوا الله عز وجل به وتوجهوا إليه بحبه ولا تسألوا به خلقه إنه ما توجه العباد إلى الله بمثله، واعلموا أنه شافع مشفع وماحل ومصدق وأنه من شفع له القرآن يوم القيامة  صدق عليه فإنه ينادي مناد يوم القيامة: (ألا إن كل حارث مبتلى في حرثه وعاقبة عمله غير حرثة القرآن)، فكونوا من حرثته وأتباعه واستدلوه على ربكم واستنصحوه على أنفسكم واتهموا عليه آراءكم واستغشّوا فيه أهواءكم)(

((Dan ketahuilah bahwa Al-Qur’an ini adalah penasihat yang tak pernah menipu, petunjuk yang tak pernah menyesatkan, dan periwayat yang tak pernah berdusta. Tak ada orang yang duduk di sisi Al-Qur’an ini melainkan ia menambahkannya dan mengurangkannya: penambahan dalam petunjuk baginya atau pengurangan dalam kebutaan (jiwanya). Hendaklah Anda ketahui pula bahwa tak seorang pun akan memerlukan sesuatu setelah (bimbingan) Al-Qur'an, dan tak seorang pun akan bebas dari keperluan sebelum (beroleh petunjuk dari) Al-Qur'an. Oleh karena itu, carilah pengobatan darinya bagi yang sakit dari anda, dan carilah pertolongannya dalam kesusahan anda. Karena sesungguhnya ia adalah obat bagi penyakit yang paling besar sekalipun, yakni kekafiran, kemunafikan, kedurhakaan dan kesesatan. Berdoalah kepada Allah Swt melaluinya dan menghadaplah kepada Allah karena kecintaan padanya. Jangan meminta (dunia) dari manusia dengannya, karena sesungguhnya tak ada sesuatu sepertinya, yang bisa menghadapkan dirinya kepada Allah Yang Maha tinggi. Ketahulah bahwa ia pemberi syafaat dan syafaatnya akan dikabulkan dan ia adalah bukti yang membenarkan. Siapa pun yang Al-Qur’an beri syafaat pada hari pengadilan, syafaatnya bagi orang tersebut akan dikabulkan (oleh Allah Swt). Di hari pengadilan dia akan menyeru seorang penyeru yang mengatakan, "Hati-hatilah, setiap penanam benih (amalan) akan menerima akibat dari apa yang ditanamnya dan apa yang dikerjakannya kecuali penanam benih Al-Qur’an." Karena itu hendaklah anda sekalian termasuk di kalangan penanam benih Al-Qur’an dan pengikutnya. Jadikanlah dia penuntun kepada Allah Swt. Carilah nasihatnya untuk diri Anda sendiri darinya, dan curigailah pandanganmu yang berbeda dengan Al-Qur’an, dan tutupilah hawa nafsu kalian dengannya))[2].         



[1] Al-Kāfi: 2/299.

[2] Nahj al-Balāghah, syarah Muhammad Abduh: 1/37, Khutbah ke 177, dan judulnya : (intafi’ū bibayānillahi  watta’idzū bimawā’idzillah).