Atas nama Yang Mahakuasa 1439

| |times read : 366
  • Post on Facebook
  • Share on WhatsApp
  • Share on Telegram
  • Twitter
  • Tumblr
  • Share on Pinterest
  • Share on Instagram
  • pdf
  • Print version
  • save

Atas nama Yang Mahakuasa



1439 Khotbah Idul Adha


Rabu, 10 Desember 1439



Di tengah kerumunan orang beriman, Yang Mulia, Marja keagamaan Sheikh Mohammed Al-Yaqubi mengadakan sholat Idul Adha di kantornya di Najaf.


Beliau  (semoga Allah swt melindunginya) menyampaikan khotbah sholat Ied di kalangan umat beriman.

Dalam khotbah pertama firman Allah swt:
وَكَانَ الإِنسَانُ عَجُولاً (Manusia adalah bersifat tergesa-gesa) (Isra: 11) dengan tergesa-gesa menyesal dalam pekerjaannya kecuali untuk perbuatan baik.

Sedangkan dalam khotbah kedua (pelajaran dari riwayat sajjadiyah)


Dalam khotbah pertama, beliau  meninjau sejumlah karakteristik, kecenderungan, dan naluri manusia, yang disebutkan dalam Alquran sebagai kepanikan (bahwa manusia diciptakan dalam kepanikan) [Al-Maraj: 19], dan ketidakadilan dan ketidaktahuan (
dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh) [al-ahzab :72] dan sebagainya.

Beliau  menunjukkan bahwa apa yang dimaksud dengan kualitas-kualitas ini bukanlah manusia itu sendiri, yang berhubungan dengan penciptaan dan fitrahnya sehingga manusia diciptakan untuk menjadi sebaik-baiknya ciptaan sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran (
dalam bentuk yang sebaik-baiknya) [At-tin :4]


Tetapi apa yang dimaksud dalam ayat-ayat tersebut adalah realitas eksternal manusia yang karena tidak mempertahankan fitrah dan tidak mematuhi apa yang Tuhan Yang Maha Esa inginkan darinya,mengikuti hawa nafsunya sehingga perbuatannya dipengaruhi syaitan.

pada khotbah pertama beliau berfokus tentang salah satu naluri dan kecenderungan di mana manusia ditandai dengan tergesa-gesa dan kurangnya pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan sikap sehingga merugikan dirinya sendiri
. Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera. [al-anbiya:37]

 

Beliau melanjutkan dengan menjelaskan arti dari kalimat ini (manusia harus sabar dan rajindemi  mencapai maksud dan tujuan penciptaannya dan juga bahwa mereka murni dan suci, diriwayatkan dari Nabi (saw),” Manusia diciptakan untuk tergesa-gesa, sendainya mereka tidak tergesa-gesa maka tidak aka nada satupun dari mereka yang binasa.”

beliau juga memberi contoh sifat tergesa-gesa manusia yang tercela: siapa yang ingin menambah kekayaannya, mengadopsi metode pengkhianatan,pencurian dan mengambil uang rakyat secara ilegal. contoh lainnya adalah  pria dan wanita muda yang terburu-buru membangun hubungan emosional di luar kerangka hukum agama dan sosial sehingga banyak perempuan yang ditinggalkan dan ditipu atau beberapa staf menghalangi transaksi orang untuk memeras mereka, seandainya mereka menyelesaikan transaksi dengan lancar dan ramah dapat memberi mereka pelanggan karena kebaikannya sendiri untuk menghindari hal-hal haram dari sikap terburu-burunya. Atas nama Tuhan Yang Maha Esa.


Adapun pada khotbah kedua, Syekh Muhammad Al-Yaqoubi membahas tentang hadis dari Imam Zainal Abidin as diawali dengan sabdanya (Ya Tuhan, beri aku kekosongan dari rumah kesombongan dan perwakilan untuk rumah keabadian dan persiapan untuk kematian sebelum kematian datang)


beliau menyebutkan beberapa hadis suci yang mendesak untuk bersiap-siap menghadapi kematian ... termasuk apa yang diriwayatkan dari Amirul Mukmini as (bahwa orang yang berakal harus bersiap-siap menghadapi kematian di dunia sebelum ia sampai kepada tempat yang mana ia menginginkan kematian tetapi ia tidak dapat menemukannya).


beliau  juga menyebutkan beberapa ayat mulia yang menunjukkan bahwa kemauan untuk mati dan tidak membenci bertemu dengan-Nya adalah tanda ketulusan iman dan cinta kepadaTuhan Yang Maha Esa. Allah swt berfirman: "
Katakanlah: "Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu mendakwakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang jujur".(al-Jum’ah:6)


Dalam konteks pernyataan beliau menjelaskan tentang bagaimana mempersiapkan kematian, beliau  menyebutkan narasi yang disebutkan oleh beberapa buku akhlak dan paragraf-paragrafnya diriwayatkan dalam narasi yang berbeda, yang dinilai berdasarkan tahapan yang akan dihadapi seseorang pada perjalanan akhirat (seorang pria datang kepada Nabi saw (salawat semoga selalu tercurah untuknya dan untuk keluarganya) Saya berharap kematian ... )


Setelah selesai menyampaikan dua khotbah,
beliau menerima ucapan selamat dari hadirin dan Jemaah yang ikut hadir dalam salat idul adha.